Roket V-2, Cikal bakal Roket Modern
Roket V-2 (bahasa Jerman: Vergeltungswaffe 2) adalah peluru kendali
balistik buatan manusia pertama yang bisa mencapai titik sub-orbital di
luar angkasa. Roket ini telah menginspirasi berbagai roket modern
termasuk roket Saturn V yang dipergunakan dalam perjalanan ke bulan.
Lebih dari 3,000 buah roket tipe ini diluncurkan sebagai senjata oleh
militer Jerman untuk membidik sasaran dari pasukan Sekutu dalam Perang
Dunia Kedua, yang mengakibatkan kematian lebih dari 7,250 dari pihak
militer dan penduduk sipil, sedangkan tidak kurang dari 20,000 orang
menemui ajalnya di Mittelbau-Dora selama proses pembuatannya.
Mengikuti suksesnya di desa Kummesdorf dengan dua roket seri
Aggregate, Wernher von Braun dan Walter Riedel mulai memikirkan
rancangan roket yang jauh lebih besar pada musim panas 1936 dengan dasar
sebuah mesin yang diprojeksikan memiliki gaya dorong 25 metrik ton.
Proyek A-4 ditunda setelah test stabilitas aerodinamis model A-3 pada
tahun 1936 memberikan hasil mengecewakan, von Braun memberi perincian
perfomance A-4 pada tahun 1937, dan desain dan konstruksi A-4
dilaksanakan sekitar tahun 1938-1939.
Pada tanggal 28-30 September 1939, Konferensi Der Tag der Weisheit
(hari kebijakan) diadakan di Peenemunde untuk memulai pembiayaan riset
universitas untuk memecahkan masalah keroketan. Pada ahir 1940, Pusat
Riset Angkatan dara di Peenemünde berhasil memecahkan teknology inti
yang erat dengan suksesnya tipe A-4. Teknologi itu adalah mesin roket
besar berbahan bakar cair, aerodinamika supersonik, gyroscopic guidance
dan sirip pengontrol semburan jet. Pada saat itu, Hitler tidaklah
terlalu terpesona dengan V-2, ia menunjukan bahwa roket V-2 hanyalah
sebuah peluru artileri yang memiliki jarak lebih jauh dan harga yang jau
lebih tinggi!
Pada awal September 1943, von Braun menjanjikan Komisi Pengeboman
JarakJauh bahwa pengembangan A-4 telak selesai, tetapi kenyataannya
sampai pertengahan 1944, daftar komponen A-4 yang lengkap belum siap.
Hitler kemungkinan masih tetap tidak terpesona dengan kemampuan senjata
itu tetapi mengagumi dedikasi tim pengembang V-2, dan Hitler juga
memerlukan sebuah “wonder weapon” (senjata yang menakjubkan) untuk
menjata moral bangsa Jerman. Hitler menyetujui implementasi jumlah besar
senjata V-2.
Pada saat peluncuran tipe A-4 meluncurkan diri dengan tenaganya
sendiri sepanjang 65 detik dan sebuah motor program mengontrol sudut
hidung pada derajat yang ditentukan saat mesin dimatikan, yang kemudian
roket ini melanjukan penerbangan dengan trajektor jatuh-bebas (free
fall). Roket ini mencapai ketinggian 80 km sebelum mesin dimatikan.
Pompa bahan bakar dan bahan oksidasi ditenagai oleh turbin uap,yang
uapnya dihasilkan oleh pencampuran Hidroken peroksida dan katalist
potasium permanganate. Tanki alkohol dan tanki oksigen, keduanya terbuat
dari aloi magnesium-aluminium.
Reaksi di ruang pembakaran mencapai 2500?2700 °C. Bahan bakar
air-alkohol dipompa melalui ruang berdinding dua dari ruang pembakaran
utama (bagian bawah). Ini mendinginkan dinding ruang pembakar utama dan
memanasi bahan bakar (regenerative cooling). Bahan bakar kemudian
dipompa kedalam ruang bakar utama melalui 1.224 nossel, yang memastikan
ketepatan campuran alkohol dan oksigen selama pembakaran. Lubang-lubang
kecil juga memperbolehkan sebagian alkohol masuk ke dalam ruang bakar
membentuk lapisan tipis (boundary layer) dingin yang melindungi dinding
ruang pembakar, terutama pada leher bagian sempit dari ruang. Lapisan
tipis (boundary layer) alkohol ini menyala jika membuat kontak dengan
atmosfer, yang menghasilkan ekor jet api yang panjang dan lembut
(difuse) (mesin desain akhir setelah V-2 tidak menggunakan effek alkohol
tipis untuk mendinginkan dinding dan memperlihatkan ekor berpola “shock
diamond”)
V-2 diarahkan dengan menggunakan empat sirip ekor dan empat kipas
terbuat dari grafit pada bagian akhir motor roket. LEV-3 guidance system
(sistem kontrol) terdiri dari dua giroskop bebas (horisontal dan
vertikal) untuk stabilisasi lateral dan sebuah giroskop akselerometer
yang disambung ke elektrolitik integrator (mesin dimatikan saat lapisan
perak tipis habis terelektrolisa pada sisi dasar yang berkonduksitasi
rendah). Beberapa model akhir V-2 memakai “sinar penuntun” (signal radio
yang dipancarkan dari tanah) untuk bernavigasi ke arah target, tetapi
mode-model awal menggunakan komputer analog sederhana yang mengontrol
azimuth roket, jarak terbang dikontrol melalui jumlah waktu sampai mesin
dimatikan, dan “Brennschluss”, pengontrolan dari darat dengan
menggunakan sistem doppler atau berbagai akselerometer integrasi di
dalam roket. Roket kemudian berhenti menambah kecepatan set dan mencapai
titik terbang tertinggi (kira-kra berbentuk parabola)
Tipe: single stage ballistic missile (area bombing)
Negara asal: Nazi Jerman
Masa penggunaan: 8 September 1944–19 September 1952
Digunakan oleh: Nazi Jerman, Amerika Serikat (pasca perang) dan Uni Soviet (pasca perang).
Produsen: Mittelwerk GmbH (pengembangan oleh Pusat Penelitian AD Peenemünde)
Biaya produksi: 100.000 RM Januari 1944, 50.000 RM Maret 1945
Diproduksi: 16 Maret 1942
Negara asal: Nazi Jerman
Masa penggunaan: 8 September 1944–19 September 1952
Digunakan oleh: Nazi Jerman, Amerika Serikat (pasca perang) dan Uni Soviet (pasca perang).
Produsen: Mittelwerk GmbH (pengembangan oleh Pusat Penelitian AD Peenemünde)
Biaya produksi: 100.000 RM Januari 1944, 50.000 RM Maret 1945
Diproduksi: 16 Maret 1942
Spesifikasi
Berat: 12.500 kg (28,000 lb)
Panjang: 1.400 m (4,600 kaki)(14 m)
Diameter: 165 m (540 kaki)
Hulu ledak: 980 kg (2,200 lb) Amatol
Wingspan: 356 m (1,170 kaki)
Bahan bakar: 3.810 kg (8,400 lb) dari 75% ethanol dan 25% air + 4.910 kg (10,800 lb) oksigen cair
Panjang: 1.400 m (4,600 kaki)(14 m)
Diameter: 165 m (540 kaki)
Hulu ledak: 980 kg (2,200 lb) Amatol
Wingspan: 356 m (1,170 kaki)
Bahan bakar: 3.810 kg (8,400 lb) dari 75% ethanol dan 25% air + 4.910 kg (10,800 lb) oksigen cair
Daya jelajah: 320 km (200 mil)
Ketinggian terbang: 88 km (55 mil) ketinggian maksium dalam lintasan jarak jauh, 206 km (128 mil) ketinggian maksimum bila diluncurkan secara vertikal.
Kecepatan maksimum: 1.600 m/s (5,200 ft/s); saat tumbukan 800 m/s (2,600 ft/s)
Sistem penuntun: Giroskop sebagai pengendali ketinggian, akselerometer giroskopik tipe bandul Müller untuk penghentian mesin di kebanyakan roket yang diproduksi (10% roket Mittelwerk digunakan sebagai balok penuntun saat penghentian mesin)
Alat peluncur: Mobile (Meillerwagen)
Ketinggian terbang: 88 km (55 mil) ketinggian maksium dalam lintasan jarak jauh, 206 km (128 mil) ketinggian maksimum bila diluncurkan secara vertikal.
Kecepatan maksimum: 1.600 m/s (5,200 ft/s); saat tumbukan 800 m/s (2,600 ft/s)
Sistem penuntun: Giroskop sebagai pengendali ketinggian, akselerometer giroskopik tipe bandul Müller untuk penghentian mesin di kebanyakan roket yang diproduksi (10% roket Mittelwerk digunakan sebagai balok penuntun saat penghentian mesin)
Alat peluncur: Mobile (Meillerwagen)
by Telik Sandi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar