Menutup program MEF (Minimum Essential Force) Tahap I yang
berakhir tahun 2014, lewat beberapa kali kedatangan, akhirnya kini Korps
Marinir telah genap memiliki 54 unit ranpur amfibi IFV (Infantry Fighting Vehicle) BMP-3F
buatan Rusia. Bahkan, guna melengkapi rencana jangka panjang
pengembangan postur Marinir TNI AL, pemerintah berencana untuk menambah BMP-3F hingga berjumlah total 81 unit, berikut pengadaan 10 unit BMP-3FK, dan 4 unit BREM-L.
Nah, yang disebut paling akhir di paragraf atas mungkin masih terasa
asing bagi kebanyakan orang. BREM-L adalah sosok ranpur lapis baja
beroda rantai yang punya peran untuk melakukan evakuasi dan perbaikan
langsung pada IFV atau ranpur ringan yang mengalami kerusakan dalam
medan pertempuran. Sebagai ranpur recovery, BREM-L dilengkapi beberapa
fasilitas utama untuk menjalankan operasinya. Sebut saja ada crane full swing
yang mampu mengangkat beban hingga bobot 11 ton. Crane ini digerakan
dengan tenaga mekanis hidrolik. Untuk keperluan perbaikan lainnya,
BREM-L juga dilengkapi peralatan las listrik untuk memotong plat baja
dan alumunium.
Sementara kemampuan BREM-L untuk melakukan perbaikan pada ranpur,
menjadikan tank recovery ini punya kewajiban untuk membawa aneka
‘perkakas dan suku cadang’ untuk keperluan service di lapangan. Nah,
tank ini punya kapasitas kargo, yakni 1,7 ton saat melintas di darat,
sementara kapasitas kargo hanya 0,3 ton bila BREM-L melaju di air. Perlu
diketahui, ranpur buatan Kurganmashzavod, Rusia, ini memang punya
kemampuan amfibi. Dengan mengambil platform sasis dari BMP-3, BREM-L
dapat melaju di air hingga kecepatan 9 – 10 km per jam. Kemampuan
mengarungi air ini berkat adanya dua water jet propeller, serupa dengan yang ada di BMP-3F. Bahkan, dengan telescopic air intake tube, BREM-L mampu mengarungi laut hingga level gelombang Sea Stage 3.
Meski tak langsung berhadapan dengan lawan di medan peperangan,
BREM-L yang diawaki 3 personel plus 2 bangku cadangan, juga dibekali
persenjataan ringan untuk self defence. Aslinya dari pihak pabrikan,
BREM-L dipersiapkan dengan senjata PKTM kaliber 7,62 mm yang ditempatkan
pada mounted hatch. Senjata ini dapat melibas sasaran hingga
jarak 2.000 meter, dalam sekali jalan umumnya bisa disaipkan stok
amunisi hingga 1.000 peluru. Karena mengambil basis rancang bangun dari
BMP-3F, maka elemen mobilitas dan proteksi nya pun tak beda jauh dengan BMP-3F.
Dapur pacu BREM-L mengandalkan mesin UTD-29T four stroke multi fuel
liquid cooled. Kinerja mesinnya mampu membawa BREM-L hingga kecepatan
maksimum 70 km per jam di jalan raya, 20 km per jam di medan off road, melaju di air hingga 10 km per jam, dan saat harus menarik (towed) ranpur lain, towing speed-nya bisa mencapai 20 km per jam. Sementara untuk jarak tempuhnya bisa mencapai 600 km.
Sayangnya, untuk saat ini Korps Marinir baru punya satu unit BREM-L,
kabarnya satu unit BREM-L merupakan bonus pembelian armada BMP-3F.
Mengingat pentingnya wahana recovery seperti BREM-L, seyogyanya
jumlahnya dapat ditingkatkan sesuai skala keberadaan ranpur lapis baja
yang ada di Marinir TNI AL, karena toh BREM-L tak hanya efektif
melakukan perbaikan dan evakuasi untuk BMP-3F, tapi jenis ranpur amfibi
ringan seperti tank PT-76 , BTR-50, BVP-2, dan AMX-10 pun dapat merasakan kehandalan peran BREM-L. (Haryo Adjie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar