WASHINGTON - Sebuah planet (exoplanet) mengorbit dekat dengan bintang bermassa rendah. Planet itu mengitari bintang bermassa rendah dan peneliti mencari tahu apakah terdapat kehidupan di planet asing tersebut.
Bintang bermassa rendah ini disebut M Dwarf. Ukuran bintang tersebut lebih kecil dari Matahari dan cahayanya jauh lebih sedikit, sehingga mendekati zona layak huni.
Zona layak huni merupakan kondisi yang tepat untuk mendukung cairan air masuk pada permukaan planet yang mengorbit. Planet yang dekat dengan bintang induknya lebih mudah bagi para astronom untuk menemukannya.
Para astronom menemukan dan mengukurnya dengan mempelajari cahaya ketika planet itu melakukan perpindahan atau saat melewati bagian depan bintang induknya. Selain itu, astronom juga bisa mengukur pengaruh bintang terhadap gravitasi planet, yang disebut dengan metode ‘radial velocity’.
Dalam sebuah keterangan yang dikeluarkan oleh The journal Astrobiology, melalui simulasi komputer, planet yang dekat dengan bintang bermassa rendah cenderung memiliki air dan atmosfer yang habis terbakar ketika pembentukan.
"Semua bintang terbentuk dalam runtuhnya awan raksasa gas antarbintang, kemudian melepaskan energi dalam bentuk cahaya," ujar seorang mahasiswa doctoral, Rodrigo Luger, seperti dilansir Sciencedaily, Jumat (5/12/2014).
Lebih lanjut Rodrigo menjelaskan, planet yang berada di bintang ini bisa terbentuk dalam waktu 10 juta tahun. Sehingga, planet-planet itu bisa berkeliling saat bintang-bintang masih benar-benar terang. Hal ini menjadikan planet itu tidak baik untuk kelayakan huninya, planet ini sangat panas dengan temperature permukaan melebihi ribuan derajat.
Kondisi ekstrem pada atmosfer planet itu terkait dengan banyaknya pancaran sinar-X dan cahaya ultraviolet dari bintang M Dwarf. Hal ini menimbulkan lapisan atmosfer bagian atas mencapai ribuan derajat serta menyebabkan gas mengalami peningkatan secara cepat.
Dengan demikian, hal tersebut membuat planet tidak dapat dihuni. “Jadi, banyak planet di zona layak huni dari bintang M Dwarf ini sudah mengering atau kandas akibat proses ini sejak awal. Ini sangat mengurangi kesempatan mereka untuk benar-benar menjadi layak huni,” terangnya.
Luger juga menjelaskan, efek samping dari proses itu adalah radiasi ultraviolet dapat memisahkan air menjadi atom hidrogen dan oksigen. Karena menurutnya, satu hal yang terpenting bagi kehidupan adalah oksigen, seperti di Bumi. Namun demikian, jika terlalu banyak oksigen, dapat menjadi faktor negatif bagi kelangsungan kehidupan. Ia menyimpulkan, untuk melacak sebuah planet layak tidaknya untuk kehidupan di luar angkasa, sangat bergantung pada oksigen yang sama dengan di Bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar