Sabtu, 22 November 2014

DARI NGUNUT TULUNGAGUNG UNTUK INDONESIA



Ada sebuah desa kecil di Kabupaten Tulungagung, namanya Ngunut. Desa ini sering disebut sebagai desa industri korek (korek api) terkenal tahun 1960-an. Korek api ini konon terkenal ke seluruh Tanah Air. Di zaman itu bahkan berhasil menjadi ikon desa industri Ngunut, seperti terkenalnya Zippo buatan Amerika. Kini, Ngunut sudah tidak seperti dulu. Sebutan desa industri itu telah melejit, bukan lagi sebagai industri korek api, tetapi sudah setara dengan sebutan Para Gear di Illionis, Amerika Serikat, yang terkenal dengan produk-produk parasut. CV Maju Mapan boleh disebut sebagai pelopor industri kreatif dan berani. Perusahaan yang berlokasi di Jalan Raya I/26 Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, yang dikenal sebagai pembuat Perlengkapan Perorangan Lapangan (Kaporlap) TNI telah berhasil membuktikan upaya kreativitasnya yang tidak mudah dipercaya orang.  


Ketekunan


Pengalaman menggeluti bidang rekayasa Kaporlap telah memberikan bekal keberanian untuk melakukan inovasi produk baru. Pekerjaan rekayasa bahan tenda, ransel, kopelrim dan sejenisnya telah memberikan pengetahuan dan keterampilan sangat penting bagi pengembang produk inovasi payung terjun, selanjutnya disebut PUO (Payung Udara Orang). Teknologi desain, bahan, pewarnaan, memotong, menjahit yang lebih dari 40 tahun digeluti memberikan bekal kompetensi tinggi pada perusahaan ini untuk mengembangkan PUO berteknologi lebih tinggi. Pendiri CV Mapan Maju, Yafet Paiman menuturkan, berawal tahun 1974, dari industri tenun berskala kecil dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang dijalankan dengan proses manual, CV Maju Mapan akhirnya berkembang secara pesat. “Saya ini terlahir dari keluarga kurang beruntung. Untuk sekolah tak punya uang. Makanya, saya terlambat masuk sekolah. Saya 'ngarit' rumput untuk makanan ternak, yang penting saya bisa sekolah. Sampai akhirnya, ada yang mau menyekolahkan saya hingga SLTP. Setelah itu, saya berdagang. Jadi, pendidikan saya cuma sampai SLTP. Nah, dari situ saya mencoba usaha,” katanya, saat memaparkan usahanya, Selasa (18/11). Paiman pun menggeluti usaha jasa kelontong hingga sembilan tahun. Usaha ini bekerja sama dengan rekanan TNI. Dengan ketekunan dan kerja keras usahanya pun mulai membuahkan hasil. “Saya merintisnya. Dengan ketekunan, kerja keras, dan selalu bersyukur kepada Tuhan, akhirnya berhasil,” katanya. Paiman menjelaskan, teknologi pembuatan POU ini diawali dengan melakukan assembling 100% PUO MC1 produk Korea. Seluruh komponen yang berupa bahan kanopi, tali (suspension linea), kantong pengembang (pilot chute), harness, logam-logam ring, pembungkus luar (outer pack), didatangkan dari Korea. Pekerjaan assembling meliputi potong, jahit dan integrasi. “Untuk menjahit bahan kanopi yang sangat tipis ini pabriknya membeli mesin jahit khusus dari Korea dan Jepang. Penyiapan bahan baku standar tinggi proses produksi nan teliti, presisi, tekun, dan kendali mutu yang sangat ketat adalah kunci keberhasilan pembuatan PUO,” ujarnya. Paiman sendiri tidak pernah membayangkan kini bisa memproduksi PUO. Selama ini PUO yang dikenal canggih, teknologinya didominasi negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman, Kanada, dan Korea. Paiman sempat mengaku merasa ciut ketika diminta TNI membuat PUO. Maklum saja teknologi yang digeluti selama ini adalah Kaporlap untuk wahana darat, yang tidak ada resiko nyawa prajurit. Didasari sifat senang menghadapi tantangan, Paiman tidak mundur. Tantangan dari panglima TNI (2008) itu justru memberikan motivasi kuat untuk berinovasi.

Kualitas  


Melalui proses alih teknologi yang sangat sederhana, tidak ada Memorandum of Understanding (MoU), tidak ada kontrak dan ikatan apapun, Maju Mapan dengan sukarela pengembangan produk beresiko tinggi ini. Selama ini TNI menggunakan PUO buatan luar negeri yang diyakini aman, pasti mengembang. Beberapa upaya pengembangan parasut buatan dalam negeri tercatat pernah dilakukan oleh lembaga litbang di negeri ini, termasuk PUO RI-T10 yang dikembangkan pada 1980-an. Namun semuaanya kandas karena tidak berhasil membuktikan kualitas meyakinkan aman 100% untuk prajurit. Memang membuat PUO adalah bisnis yang tidak mudah karena tuntutan persyaratan keamanan sangat tinggi. Sebuah PUO diharuskan memiliki angka kemungkinan mengembang 100%, artinya bila digunakan terjun dijamin pasti mengembang. Paiman melanjutkan, setelah melalui serangkaian uji coba oleh institusi resmi TNI, kini PUO tipe Garuda 1-P buatan Maju Mapan dinyatakan layak digunakan TNI. Walaupun belum memiliki sertifikat MIL-DTL-6645, MIL-DTL-7567, dan MIL-STD-849, namun Dislitbang TNI-AD dan Dislitbang TNI-AU telah meyakini bahwa kemampuan, bahan baku, konstruksi, dimensi, keamanan dan kenyamanan telah memenuhi syarat yang ditetapkan, berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan. PUO ini aslinya disebut MC1-1C Steerable Troop Parachute yaitu PUO taktis buatan Amerika yang dapat dikemudikan dengan mudah karena dilegkapi ventilasi yang dikontrol tali kontrol kemudi. Menurutnya, saat ini perusahaannya telah mendapatkan kepercayaan dari TNI-AD. Hingga kini PUO Garuda 1-P telah digunakan TNI-AD sebanyak 3.400 buah, dan akan terus bertambah setiap tahun anggaran sesuai kebutuhan TNI. Tidak perlu kuatir, untuk memenuhi kebutuhan TNI dan eksport, maju mapan telah menyiapkan kapasitas produksinya hingga 3.000 unit per tahun. Tak hanya itu, sejumlah negara pun melirik kualitas produk Maju Mapan. “Perwakilan NATO pernah datang. Jenderal itu memesan lumayan banyak sebab kualitasnya sudah setara,” katanya. Ditanyakan berapa dana yang dikucurkan saat membuat PUO, Paiman menyebut Rp 1,2 miliar. “Itu untuk riset membuat payung. 12 payung TNI AU. Bagi saya, riset dan litbang terpenting untuk mengetahui kualitas,” katanya. Kini, Maju Mapan telah mampu membuat Dragchute Sukhoi yang digunakan untuk pesawat tempur Sukhoi TNI AU. “Kami sudah mampu membuatnya dan itu sudah teruji riset. Sayangnya, pemerintah belum melirik. Mungkin, masih melirik buatan luar negeri. Padahal, yang saya tahu, pemerintah harus memberikan penguatan kepada industri dalam negeri,” katanya.  

Penguatan Industri  


Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan, pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) memerlukan teknologi mahal, sehingga industri dalam negeri perlu untuk masuk ke dalam sektor ini. "Pengadaan alutsista TNI membutuhkan anggaran besar. Karena teknologi militer mahal," katanya. Menhan mengatakan, karena pengadaan alutsista berteknologi tinggi sangat mahal, maka pemerintah mendorong perusahaan dalam negeri untuk membuat. "Karena itu, pemerintah mendorong penguatan industri dalam negeri sehingga dapat memenuhi sampai 2024," katanya. Ia menekankan, pemerintahan Jokowi-JK memberi perhatian yang besar pada industri pertahanan di Indonesia. Terlebih dengan adanya UU No 16/2012 tentang Industri Pertahanan. "Beberapa keberhasilan industri panser Anoa yang jadi alutsista utama TNI di Lebanon dan itu produk PT Pindad. Sementara itu, PT PAL meluncurkan kapal cepat rudal untuk memperkuat ‎pertahanan kita," ucapnya.

★ Berita Satu  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar